Akankah Kontroversi Novel ‘Da Vinci Code’ Berakhir di Pengadilan? | rockafif

Tuesday, July 24, 2007

Akankah Kontroversi Novel ‘Da Vinci Code’ Berakhir di Pengadilan?

Seorang pengacara di Perancis mempertanyakan mengapa gereja memperkarakan sebuah iklan yang dianggap menghina agama Kristen, tetapi sebaliknya tidak mengajukan gugatan apapun terhadap novel Da Vinci Code.

“Seseorang tidak bisa disebut kaum muda modern tanpa membaca ‘The Da Vinci Code’. Kalimat lisan itu meluncur dari Kardinal Tarcisio Bertone dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Radio Vatikan (15/3). Bertone menyatakan cemas melihat peredaran novel itu di sekolah-sekolah, dan karena itu pihaknya telah mengambil langkah-langkah yang sifatnya reflektif maupun konfrontatif terhadap Da Vinci Code.

Belakangan, nama Bertone banyak menghiasi halaman-halaman media di seluruh dunia setelah ia berbicara dalam sebuah debat terbuka tentang novel Da Vinci Code yang digelar di aula Universitas Keuskupan Genoa, Italia (16/3).

“Saya ingin tahu apa yang akan terjadi jika buku seperti ini ditulis, penuh kebohongan, mengenai Buddha atau Muhammad atau bahkan, misalnya, jika sebuah novel diterbitkan yang isinya memanipulasi sejarah Holocaus,” kata Bertone seperti dilansir situs berita Roma, zenit.org.

Novel Da Vinci Code yang ditulis oleh Dan Brown sejak pertama kali diterbitkan pada 2003 telah menuai banyak kontroversi. Banyak orang, terutama umat Kristiani, merasa risih dengan sebagian isi Da Vinci Code yang mengisahkan Yesus Kristus memiliki keturunan melalui Maria Magdalena.

Betapapun hebatnya kontroversi yang melingkari Da Vinci Code, namun sejauh ini belum ada pihak yang mengajukan upaya hukum atas karya fiksi Brown tersebut. Namun, itu sama sekali bukan jaminan bahwa novel yang kabarnya telah terjual 17 juta eksemplar itu akan lolos dari tuntutan hukum.

Hal itu terkait dengan mulai bermunculannya tuntutan hukum yang diajukan oleh warga Eropa terhadap pihak yang dinilai menghina simbol-simbol Kristen. Majalah mingguan Newsweek edisi 28 Maret menurunkan laporan yang bertajuk “Fighting for God: Europe’s dwindling Christians take on ‘The Da Vinci Code,’ and more” yang antara lain menceritakan seorang Uskup Perancis yang memenangkan perkara melawan sebuah perusahaan pakaian bernama Marithe et Francois Girbaud.

Adapun yang dipermasalahkan oleh sang Uskup adalah gambar-gambar yang terpampang pada papan reklame yang mempertontonkan sejumlah model yang sedang berpose sebagai Yesus dan para muridnya dalam “Jamuan Terakhir”. Sang uskup meminta agar pengadilan melarang dan memerintahkan agar iklan tersebut ditarik dari peredaran karena dianggap “membajak representasi sebuah perilaku mendasar dari iman Kristen demi keuntungan bisnis”.

Hakim kemudian menyetujui argumen sang uskup dan memerintahkan papan reklame yang besar itu diturunkan. Menariknya, pengacara dari Marithe memprotes putusan sela itu dengan alasan gambar itu dibuat berdasarkan lukisan dan bukan diambil dari Alkitab (Bible). Seperti dilansir reuters.com, ia juga mempertanyakan mengapa gereja memperkarakan iklan itu, tetapi tidak mengambil upaya hukum apapun terhadap Da Vinci Code.

Sementara di Inggris, kabinet yang dipimpin Perdana Menteri Tony Blair saat ini sedang berupaya menggolkan undang-undang yang melarang penghasutan ke arah kebencian antar agama. Menurut undang-undang ini, seorang pemeluk agama apapun dapat mengajukan klaim bahwa kritik terhadap kepercayaan yang ia anut menyinggungnya secara pribadi.

Di Indonesia sendiri, edisi terjemahan novel Da Vinci Code juga laris manis. Penerbit Da Vinci Code edisi Indonesia, PT Serambi Ilmu Semesta, dalam situsnya menempatkan novel tersebut pada posisi nomor satu daftar buku terlaris mereka. Edisi Indonesia dari Da Vinci Code yang terbit pertengahan tahun lalu, sampai sekarang telah mengalami beberapa kali cetak ulang.

0 Comments:

Related Articles