Monster Laut “Globsters” Panjangnya 22 Meter | rockafif

Wednesday, June 20, 2007

Monster Laut “Globsters” Panjangnya 22 Meter

JAKARTA – Meskipun sudah banyak penelitian yang mencoba mengungkapnya, hewan di lautan dalam masih tersaput kontroversi. Beberapa peneliti berpendapat hewan-hewan ini memiliki keajaiban tersendiri. Beberapa peneliti lain malah terpana menyaksikan besarnya bobot mereka. Peneliti yang pertama bisa dianggap sebagai pemerhati masalah bobot yang dimiliki satwa ini, bermukim di Patagonia, Amerika Selatan. Penelitian mereka, sebagaimana diberitakan AP, mampu menemukan sebuah makhluk yang memiliki panjang ekor paling tidak lima meter, dan memiliki gigi sepanjang satu meter. Makhluk ini kemudian mereka sebut “Godzilla”, karena kemiripan tubuhnya dengan buaya zaman sekarang, namun telah hidup semenjak 135 juta tahun lalu. Penemuan monster dalam laut kemudian tambah menarik, ketika si penghuni gelap lautan dalam bernama Architeuthis, ditemukan mengambang di lautan Selandia Baru. Tercatat panjang tubuh makhluk laut itu mencapai 22 meter. Dalam penemuan tersebut, manusia juga mulai mengambil gen dari makhluk ini. Pada 30 September 2004, ahli masalah satwa dari Jepang Tsunemi Kobudera dan Kyoichi Mori, menjadi orang-orang pertama yang mampu melihat dan membuat film di kedalaman hingga 900 meter. Dalam film yang rencananya dirilis tahun ini, disebutkan bahwa binatang laut dalam yang mereka rekam memiliki panjang hingga sembilan meter, berada di kedalaman lautan Pasifik Utara, dekat dengan Pulau Ogasawara. Dalam melaksanakan penelitiannya, mereka menggunakan kamera remote control, yang dikendalikan dari atas lautan. “Globsters” Penemuan hewan-hewan raksasa dalam laut ini kemudian dikenal sebagai globsters. Beberapa globsters kadang teridentifikasi di permukaan laut. Seperti pada 1896, dipercaya gelombang yang tiba-tiba melanda pada kala itu di pantai St Augustine, Florida, merupakan hasil gerakan dinamis cumi-cumi raksasa. Memang hingga saat ini, kadang masih ditemukan cumi raksasa tersebut, berseliweran di sekitar Cile pada Juli 2003 lalu, dan yang lainnya ditemukan di Newfoundland pada 2001. Kontroversi dan kemisteriusan makhluk ini memang masih menyisakan rasa penasaran hingga saat ini. Beberapa kalangan peneliti masih tercatat giat menggalinya lebih dalam, seperti menganalisis mengenai spesimen milik makhluk tersebut dengan menggunakan mikroskop elektron. Selain itu juga coba mengaplikasikan berbagai penemuan tersebut dengan ilmu pengetahuan lain semisal biokimia, sistem molekuler dan analisis DNA. Secara garis besar konklusi yang dihasilkan menyatakan makhluk-makhluk ini memiliki jenis spesimen seperti ikan paus. Juga memiliki DNA dan struktur molekuler yang teramat kukuh. Jadi, sekarang banyak ahli berpendapat, makhluk ini sebenarnya mungkin hanya proses adaptasi dari makhluk laut yang biasa kita lihat saja sebenarnya. Namun, karena proses alam dan kondisi sekitar lingkungan mereka, memaksa satwa ini menjalankan proses adaptasi. Termasuk di dalamnya membesarkan tubuh dan menguatkan sistem gen mereka. (sulung prasetyo)

0 Comments:

Related Articles